Arsip untuk November 15, 2012

Perjuangan Merebut Irian Barat

Posted: November 15, 2012 in Uncategorized

TRI Komando Rakyat ( Trikora ) dikumandangkan oleh Presiden Soekarno dalam sebuah Apel Besar di alun-alun utara kota Yogyakarta pada 19 Desember 1961 sebagai reaksi atas sikap Belanda yang secara sepihak telah mendirika Dewan Papua yang bertugas mempersiapkan pembentukan Negara Papua di bawah bayang-bayang Pemerintahan Belanda. Tri Komando Rakyat yang dicanangkan kepada seluruh Rakyat Indonesia tersebut berbunyi : Satu, gagalkan berdirinya “Negara Papua; dua, kibarkan bendera Merah Putih di seluruh wilayah Irian Barat; tiga bersiap-siap untuk mobilisasi umum.

Sebagai tindak lanjut dari Tri Komando Rakyat tersebut, para perancang strategi perang nasional serta para senior TNI saat itu membuat suatu keputusan yang sangat penting, terutama bagi sejarah perjalanan TNI Angkatan Udara dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Berdasarkan pertimbangan dimensi ruang dan waktu, mereka memutuskan bahwa operasi-operasi yang dilancarkan melalui media udara adalah cara yang paling efektif dan menguntungkan. Apalagi pertimbangan dari faktor kekuatan dan kemampuan, penggunaan kekuatan AURI saat itu adalah yang paling memungkinkan karena menjelang dilancarkannya Operasi Trikora, AURI sedang berada di puncak kejayaannya.

Indonesia merupakan satu-satunya negara yang memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan, khususnya di Asia Tenggara. Selain pesawat-pesawat bekas berbagai jenis peninggalan Belanda dan Jepang yang jumlahnya tidak kurang dari 300 pesawat, kekuatan AURI juga terus bertambah dengan adanya kontrak pembelian persenjataan militer senilai USD 2,5 miliar dari Rusia dan Polandia dengan persyaratan pembayaran jangka panjang yang tidak terlalu memberatkan Indonesia.

Skuadron-skuadron udara baru pun mulai bermunculan seiring datangnya beratus-ratus pesawat udara baru berbagai jenis dan fungsi serta peralatan militer lainnya dari Rusia dan Polandia, antara lain 41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan berat), 30 pesawat latih Jet MIG-15 UTI, 49 pesawat baru sergap MIG-17, 10 pesawat buru sergap MIG-19 dan 2 pesawat buru sergap supersonic MIG-21.

Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan IL-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16B, dan 12 pesawat TL-16 KS yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali (rudal) Air to Surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis AN12B Antonov buatan Rusia dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130B Hercules buatan Amerika serikat. Di samping itu, pesawat-pesawat bekas peninggalan Belanda yang dalam keadaan siap operasi terdapat 8 pesawat pengebom serbu jenis B-25/B-26, 12 pesawat pemburu jenis P-51 Mustang dan 24 pesawat angkut ringan C-47 Dakota. Beberapa unit radar Nysa BC/P-30 buatan Polandia telah terpasang di berbagai lokasi di kepulauan Maluku dalam rangka persiapan perjuangan pembebasan Irian Barat. Kekuatan AURI sedahsyat itu secara berangsur-angsur sebagian besar telah digeser ke wilayah Indonesia bagian timur dalam rangka “prepositioning dan “prestocking kekuatan ke pangkalan-pangkalan depan, antara lain Makassar, Morotai Ambon, dan Letfuan/Langgur (Kepulauan Kai).

Operasi Infiltrasi Udara

Tahap awal pembabakan Operasi Trikora adalah operasi infiltrasi udara dengan menerjunkan pasukan dan sukarelawan pemberani berjiwa Sapta Marga melalui udara, langsung ke jantung daratan Irian Barat. Penerjunan dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut AURI dilakukan tanpa mendapat perlindungan dari pesawat-pesawat tempur kita, tetapi hanya dengan mengandalkan faktor pendadakan. Oleh sebab itu, operasi dilaksanakan pada malam hari.

Tugas-tugas penerjunan pada awalnya dilaksanakan dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut ringan C-47 Dakota dengan kapasitas 18 penerjun, namun karena keterbatasan kemampuannya, terutama faktor kecepatan dan ketinggian terbang, kadang-kadang sempat dicegat oleh pesawat-pesawat pemburu jenis Neptune milik Belanda dalam penerbangan kembali dari misi penerjunan. Pimpinan AURI ketika itu masih menahan diri tidak menggunakan pesawat-pesawat C-130B Hercules dalam melaksanakan misi penerjunan infiltran ke daerah Irian Barat. Persetujuan Kongres Amerika Serikat memberikan lampu hijau kepada Indonesia untuk membeli 10C-130B Hercules tidak lepas dari kemampuan diplomasi pihak pemerintah Indonesia saat itu. Pihak Indonesia berkilah bahwa penggunaan pesawat Hercules di Indonesia hanya difokuskan bagi kepentingan kemanusiaan, melalui pembangunan daerah, seperti pembangunan infrastruktur, membuka isolasi daerah terpencil sekaligus meningkatkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Apabila rakyat sejahtera dan makmur, maka faham komunis akan sulit berkembang di Indonesia.

Pada masa itu, segala bentuk dukungan untuk membendung meluasnya pengaruh komunis di muka bumi ini bagi Amerika Serikat merupakan prioritas utama. Maka Indonesia diizinkan membeli pesawat Hercules dengan sebuah klausul yang dicantumkan dalam kontrak pembelian yang menyatakan bahwa pesawat-pesawat Hercules AURI tidak akan digunakan untuk operasi-operasi militer. Akan tetapi, dengan meningkatnya intensitas operasi infiltasi udara ke wilayah Irian Barat, kelihatannya tidak ada pilihan lain bagi pimpinan AURI untuk segera menggunakan pesawat Hercules. Apalagi setelah tertembaknya sebuah pesawat C-47 Dakota AURI (T-4740) yang dipiloti Kapten Udara Djalaludin Tantu dan Co-Pilot Letnan Udara II Sukandar oleh pesawat Neptune Belanda pada saat kembali dari misi penerjunan di sekitar Kaimana. Pesawat T-4740 akhirnya mengadakan pendaratan darurat di air (ditching) di kawasan laut sebelah timur kepulauan Watubela. Seluruh awak pesawat meskipun selamat, tetapi ditawan oleh pihak Belanda.

Para pemikir-pemikir AURI saat itu lalu mendesak Menteri Panglima AURI (Menpangau) untuk segera menggunakan pesawat-pesawat Hercules menggantikan tugas-tugas pesawat C-47 Dakota dengan alasan, daya angkut lebih besar, mobilitas tinggi, serta kemampuan terbang tinggi sehingga tidak terkejar oleh pesawat-pesawat buru sergap lawan.

Operasi infiltrasi udara mencapai puncaknya pada tanggal 13 Agustus 1962 ketika 6 C-130B Hercules yang dibagi dalam 3 flight digerakkan sekaligus dengan sasaran daerah penerjunan yang berbeda. Misi ini berhasil memperlemah kekuatan lawan.

Merah Putih Berkibar di Irian Barat

Salah satu kisah heroik dan bersejarah adalah peristiwa pengibaran Sang Saka Merah Putih untuk pertama kali dipancangkan di bumi Cenderawasih, Irian Barat, yang dilakukan oleh anggota PGT AURI. Pada tanggal 19 Mei 1962, sebanyak 81 anggota PGT bertolak dari Pangkalan Udara Pattimura, Ambon, dengan pesawat Hercules menuju sasaran daerah penerjunan sekitar Kota Teminabuan.

Dalam persiapan pemberangkatan, komandan pasukan menyampaikan briefing bahwa mereka akan diterjunkan di sebuah “perkebunan teh?. Komandan pasukan juga menyampaikan beberapa hal, yaitu sandi-sandi panggilan, kode pengenal teman, dan lokasi titik kumpul, kemudian mengadakan pemeriksaan akhir kelengkapan dan perlengkapan seluruh anggotanya sebelum masuk ke perut Hercules. Ketika itu jam menunjukkan pukul 03.30 subuh waktu setempat dan 15 menit kemudian, pesawat Hercules yang dikemudikan Mayor Udara T.Z. Abidin sudah mengudara ditelan kegelapan, menanjak menuju suatu ketinggian.

Dalam waktu tidak lebih 1 menit, seluruh proses penerjunan 81 anggota PGT telah selesai dan pesawat Hercules cepat-cepat meninggalkan daerah Teminabuan. Berpacu dengan akan datangnya suasana terang menjelang pagi, keempat mesin Allison T56A-15 C-130B Hercules meraung-raung, menanjak untuk mencapai suatu ketinggian yang tidak mampu dicapai oleh pesawat-pesawat Neptune milik Belanda.

Serangan Umum 1 Maret

Posted: November 15, 2012 in Uncategorized

apa yang terjadi hari ini di belahan pulau jawa bagian selatan ketika tahun 1949?

siapa tokoh di balik serangan umum 1 maret?

dan bagaimana reaksi dunia saat itu?

pasca kemerdekaan 1945, Indonesia masih didera perang dengan penjajah (belanda) maupun menghadapi pemberontakan dari dalam tubuhnya sendiri.

Sultan Hamengku Buwono IX ketika itu sebagai penguasa kasultanan ngayogjakarto hadiningrat yang sekaligus ketika itu merangkap sebagai “penanggungjawab” ibukota RI yang baru berumur kurang dari 4 tahun pindah ke Yogyakarta dikarenakan daerah lain sudah habis oleh serangan Belanda. maka ketika itulah Yogyakarta sebagai daerah pertahanan terakhir untuk mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

singkat cerita, sultan HB IX sebagai raja keraton mengundang letkol Suharto (mantan Presiden RI) untuk membicarakan siasat agar, dunia (PBB) tidak menganggap Indonesia benar-benar habis. maka melalui idenya HB IX muncullah yang namanya serangan umum 1 maret.

setelah berunding dengan letkol Suharto, maka kemudian Sultan mengontak melalui kurirnya ( Amir Murtono dan letnan 1 Marsudi) kepada gerilyawan untuk mempersiapkan serangan mendadak pada pagi dini hari tanggal 1 maret 1949. dimana ketika itu sultan berfikiran bahwasanya dengan adanya serangan tersebut setidaknya dunia melihat bahwa Indonesia masih memperlihatkan perlawanan terhadap Belanda (dimana sebaliknya Belanda mengatakan kepada dunia bahwa Indonesia keseluruhan sudah didalam genggamannya) walaupun hanya berkisaran waktu sekitar 6 jam.

siasat ini ternyata dipahami secara baik oleh gerilyawan yang ada di kota Jogjakarta. sehingga ketika pagi pukul 06.00 sampai 12.00, kota Jogjakarta dikuasai oleh gerilyawan pejuang kemerdekaan. ini kemudian yang menjadikan belanda marah kepada sultan HB IX yang ternyata berada dibalik siasat serangan umum tersebut.penguasaan sekitar 6 jam itu sangat penting. disitulah kemudian, muncul perundingan-perundingan seperti perjanjian roem-royen, meja bundar dll. jika siasat untuk menyerang belanda walau sesaat itu tidak terlaksana, entah bagaimana nasib bangsa ini kedepannya.semoga dari perenungan sederhana tentang serangan umum 1 maret 1949 mampu menjadikan generasi muda Indonesia penuh dengan semangat untuk membebaskan dari semua penjajahan baik bersifat nyata mupun tidak nyata.

Demokrasi Terpimpin

Posted: November 15, 2012 in Uncategorized

Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja. Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno :     Dari segi keamanan : Banyaknya gerakan sparatis pada masa demokrasi liberal, menyebabkan ketidak stabilan di bidang keamanan.     Dari segi perekonomian  : Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.     Dari segi politik : Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk menggantikan UUDS 1950 Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali oleh anjuran beliau agar Undang-Undang yang digunakan untuk menggantikan UUDS 1950 adalah UUD’45. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya, diadakan voting yang diikuti oleh seluruh anggota konstituante . Voting ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut. Hasil voting menunjukan bahwa :     269 orang setuju untuk kembali ke UUD’45     119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD’45 Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD’45 tidak dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950. Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekrit yang disebut Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :     Tidak berlaku kembali UUDS 1950     Berlakunya kembali UUD 1945     Dibubarkannya konstituante     Pembentukan MPRS dan DPAS PKI menyambut “Demokrasi Terpimpin” Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa PKI mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara nasionalisme, agama (Islam) dan komunisme yang dinamakan NASAKOM. Antara tahun 1959 dan tahun 1965, Amerika Serikat memberikan 64 juta dollar dalam bentuk bantuan militer untuk jendral-jendral militer Indonesia. Menurut laporan di “Suara Pemuda Indonesia”: Sebelum akhir tahun 1960, Amerika Serikat telah melengkapi 43 batalyon angkatan bersenjata. Tiap tahun AS melatih perwira-perwira militer sayap kanan. Di antara tahun 1956 dan 1959, lebih dari 200 perwira tingkatan tinggi telah dilatih di AS, dan ratusan perwira angkatan rendah terlatih setiap tahun. Kepala Badan untuk Pembangunan Internasional di Amerika pernah sekali mengatakan bahwa bantuan AS, tentu saja, bukan untuk mendukung Sukarno dan bahwa AS telah melatih sejumlah besar perwira-perwira angkatan bersenjata dan orang sipil yang mau membentuk kesatuan militer untuk membuat Indonesia sebuah “negara bebas”. Di tahun 1962, perebutan Irian Barat secara militer oleh Indonesia mendapat dukungan penuh dari kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan terhadap perlawanan penduduk adat. Era “Demokrasi Terpimpin”, yaitu kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah

Agresi Militer Belanda II

Posted: November 15, 2012 in Uncategorized

Latar Belakang:

* Belanda masih ingin menguasai Indonesia dan berusaha untuk mengingkari perjanjian Renville

* 18 Desember 1948 Belanda mengeluarkan surat pernyataan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan persetujuan gencatan perang Renville. Tetapi surat pernyataan tersebut tidak dapat disampaikan ke pemerintahan pusat di Yogyakarta sebab dilarang oleh Belanda.

Pelaksanaan:

· Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan serangan terhadap kota Yogyakarta.

· Tepatnya pada pukul 05.30 Belanda melakukan aksi membom pangkalan udara Maguwoharjo (Lapangan Udara Adisucipto) yang dilanjutkan dengan menghancurkan bangunan-bangunan penting dan akhirnya merambat ke pusat kota Yogyakarta dan berhasil menguasainya.

· Belanda berhasil menawan presiden Soekarno, wakil presiden Moh Hatta, Syahrir (penasehat presiden),H. Agus Salim (Menlu).

· Sebelum ditawan presiden berhasil mengirimkan surat pemberian kekuasaan kepada Menetri Kemakmuran Syafruddin (Syarifuddin) Prawironegoro untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI) di Sumatera. Jika Syarifuddin tidak dapat menjalankan tugasnya maka presiden memerintahkan kepada Sudarsono, L.N. Palar, dan A.A Maramis yang ada di New Delhi untuk membentuk pemerintahan RI di India.

· Belanda akhirnya menguasai Yogyakarta dan TNI berhasil dipukul mundur hingga ke desa-desa.

· Belanda menganggap TNI telah kalah tetapi ternyata TNI dapat tetap mengumpulkan kekuatan untuk melawan Belanda.

· Sementara Belanda menyiarkan kabar ke seluruh dunia bahwa TNI sudah lemah dan RI sudah tidak ada lagi.

· Belanda melakukan sensor pers agar berita tersebut tidak tersiar keluar. Tetapi ternyata dari radio gerilya Indonesia dapat disiarkan berita perlawanan rakyat hingga ke luar negari.

· Akhirnya setelah 1 bulan dari agresi tersebut TNI mulai melakukan gerakan menyerang kota-kota. Serangan yang terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, dan berhasil menduduki kota Yogyakarta.

· Hal tersebut membuktikan kepada dunia bahwa TNI tidak hancur mereka masih mempunyai kemampuan bahkan mampu menyerang Belanda. Sehingga Belanda akhirnya mau membicarakan dalam meja perundingan.

Tujuan Belanda menyelenggarakan Agresi Militer II :

Belanda ingin menujukkan kepada dunia bahwa pemerintah Republik Indonesia dan TNI secara de facto tidak ada lagi.

Tindakan perjuangan secara diplomatik yang dilakukan untuk menggagalkan tujuan Belanda, yaitu :

v Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Agresi Militer Belanda II merupakan tindakan melanggar perjanjian damai (hasil Perundingan Renville)

v Meyakinkan dunia bahwa Indonesia cinta damai, terbukti dengan sikap menaati hasil Perundingan Renville dan penghargaan terhadap KTN.

v Membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada. Hal ini ditunjukkan dengan eksistensi PDRI dan keberhasilan TNI menguasai Yogyakarta selama enam jam pada Serangan Umum 1 Maret 1949.

Upaya Indonesia menarik simpati Amerika serikat hingga akhirnya mendesak Belanda untuk menarik mundur pasukannya dari wilayah Indonesia.Dewan Keamanan PBB juga mendesak Belanda untuk menghentikan operasi militer dan membebaskan para pemimpin Indonesia.Desakan tersebut membuat Belanda mengakhiri agresi militer II.